AKARNEWS. Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Hutan (BLU-P2H) menetapkan Bengkulu, khususnya Rejang Lebong menjadi salah satu wilayah prioritas yang akan diberikan peluang untuk mengakses dana BLU pada tahun 2018.
Proposal pinjaman dana bergulir untuk peningkatan produktifitas aktifitas pertanian masyarakat di kawasan hutan oleh anggota masyarakat pengelola Hutan Kemasyarakatan di serahkan ke lima desa; Air Lanang, Tanjung Dalam, Tebat Pulau, tebat Tenong dan Barumanis Kabupaten Rejang Lebong kepada BLU-P2H pada tanggal 28 Juni 2018 di Hotel Rafflesia, Kota Bengkulu.
Karena penyaluran dana bergulir dari BLU-P2H masih sangat sedikit yang tersalurkan kepada kelompok masyarakat atau individu petani secara langsung khususnya untuk peningkatan produktifitas tanaman NTFP (Non Timber Forest Product) dari dalam kawasan hutan. Maka, Akar Foundation menilai bahwa hal ini merupakan salah satu peluang juga tantangan bagi masyarakat dan pemerintah untuk sama-sama mendorong pembangunan disektor kehutanan.
Direktur Akar Foundation, Erwin Basrin selalu mengingatkan bahwa “Hakikat perhutanan sosial bukanlah distribusi izin sebanyak dan seluas-luasnya untuk mengakses kawasan hutan, melainkan peningkatan ekonomi masyarakat yang selama ini bergantung hidup dengan sumber daya hasil hutan dan tanpa merubah fungsi dari kawasan hutan itu sendiri”
Seminggu pasca diserahkannya proposal pinjaman dana bergulir tersebut, BLU-P2H mengeluarkan surat pemeriksaan berkas proposal dengan catatan perbaikan dan jadwal verifikasi yang dilakukan dari tanggal 24-31 Juli 2018 di lima desa yang berada di Kabupaten Rejang Lebong. Sebanyak 22 orang Tim BLU-P2H melakukan verifikasi teknis kepada kelompok yang mengajukan pinjaman dana; yakni persyaratan administrasi dan kondisi lahan anggota HKM yang mengajukan pinjaman.
Sejauh ini, proses verifikasi teknis tersebut berjalan lancar. Tim BLU-P2H yang diturunkan dilapangan bukan hanya melakukan verifikasi, namun juga belajar memahami kondisi masyarakat. Berdasarkan proposal yang diajukan, sebanyak 176 orang dengan luas lahan 307, 65 Ha dan jumlah pinjaman 9.9 M mengajukan pinjaman untuk kegiatan Pengayaan Tanaman HHBK (Kopi). Tujuannya untuk meningkatkan produktifitas lahan HKM dengan menerapkan teknik okulasi atau stek payung pada pohon kopi.
“Cita-cita kami adalah menjadikan Rejang Lebong sebagai pusat produksi kopi yang terbaik di Indonesia. Selama ini jumlah kopi kami yang melimpah, terjual ke pasar di Lampung, karena kami tidak memiliki modal yang cukup untuk mengelolanya. Identitas geografis dan kopi dari kawasan hutan ini akan menjadi modal kami berjualan sekaligus mengkampanyekan isu keberlanjutan hutan melalui skema-skema perizinan dalam Perhutanan Sosial.”
“Identitas geografis dan kopi dari kawasan hutan ini akan menjadi modal kami berjualan sekaligus mengkampanyekan isu keberlanjutan hutan melalui skema perizinan dalam perhutanan sosial” Tutup Erwin.